Salah satu tempat bersejarah yang sengaja dibangun di Aceh adalah Museum Tsunami. Tepat pada bulan Desember tahun 2004 lalu, Aceh dilanda tsunami yang sampai sekarang masih diingat. Bahkan, setiap tanggal 26 Desember, Aceh akan memperingati hari tsunami untuk mengenang kejadian yang pernah melanda Serambi Mekkah.
Gempa berkekuatan 9,3 skala richter yang menyebabkan tsunami dahsyat terjadi di Aceh. Tentu, ini menjadi catatan di ranah internasional akan salah satu tsunami terdahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah dunia.
Banyak korban jiwa akibat tsunami, sekitar 170.000 jiwa. Namun, peristiwa ini tidak membuat Aceh bertahan untuk sedih dalam jangka waktu yang lama. Pasca tsunami, Aceh memilih bangkit, disertai dengan edukasi terkait tsunami dan bagaimana menyelamatkan diri jika ini terjadi lagi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menunjang edukasi ini adalah dengan membangun Museum Tsunami di Banda Aceh.
Namun, terdapat fakta-fakta seputar Museum Tsunami di Aceh ini. Dan, Yuhers harus tahu hal ini agar kalau ke Museum Tsunami di Aceh sudah tahu sedikit informasinya. Kalau gitu, langsung saja lanjut baca deh agar lebih tau beberapa fakta terkait Museum Tsunami d Aceh.
Alasan Dibangun
Apapun yang dibangun, tentu memiliki alasan tersendiri. Begitu juga dengan Museum Tsunami di Aceh. Terdapat beberapa alasan yang salah satunya berkaitan dengan keselamatan masyarakat sekitar.
Pertama, alasan Museum Tsunami di Aceh dibangun untuk mengenang para korban jiwa yang meninggal karena tsunami. Seperti yang Sisterformasi sebutkan sebelumnya, sekitar 170.000 korban jiwa akibat tsunami ini. Ini jumlah yang cukup banyak dan pasti banyak sekali keluarga atau kerabat yang merasa kehilangan. Belum lagi, tsunami ini terjadi tepat di hari Minggu, di hari keluarga sedang berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama.
Kedua, alasan bangunan ini dibangun dengan alasan sebagai tempat berbagi edukasi. Dimana para wisatawan yang berkunjung akan diberitahu bagaimana mengevakuasi dan mengamankan diri ketika gempa terjadi. Tidak hanya itu, disini juga diajarkan harus ke mana melindungi diri jika tsunami datang melanda. Yang sudah pasti, melindungi diri dengan pergi ke dataran tinggi atau perbukitan yang susah dijangkau air tsunami.
Ketiga, bangunan ini dibangun dengan ketinggian yang memang diatur sebagai tempat berlindung jika tsunami kembali terjadi. Hal ini terlihat dari atap bangunan yang dibangun lebih tinggi. Ini memang didesain sebagai bentuk perhatian kepada masyarakat sekitar. Memberi perlindungan yang memadai juga berarti peduli terhadap masyarakat.
Desain Mantan Gubernur Jawa Barat
Desain bangunan Museum Tsunami ini adalah hasil desain Pak Ridwan Kamil, yaitu mantan gubernur Jawa Barat. Desain dengan nama Rumoh Aceh as Escape Hill adalah hasil menang di sayembara tingkat internasional pada tahun 2007.
Nuansa “dark” yang sengaja dibangun oleh beliau dengan tujuan agar pengunjung bisa merasakan apa yang dialami oleh para korban saat gempa dan tsunami terjadi. Nuansa tersebut memberi perasaan ketakutan. Tak hanya itu, nuansa “dark” juga dimaksud untuk merepresentasikan ketakutan, kesedihan, dan harapan.
Harapan dari Pak Ridwan Kamil terhadap bangunan Museum Tsunami adalah sebagai tempat untuk mengenang kejadian tsunami dan dapat mengedukasi para pengunjung. Juga, atap yang sengaja didesain lebih tinggi, bertujuan sebagai tempat evakuasi jika terjadi bencana. Atap tersebut didesain dengan kemampuan dapat menampung ribuan orang.
Beragam Fasilitas yang Disediakan
Tidak hanya sekedar bangunan dan foto-foto saat kejadian tsunami melanda, namun di sini juga menyediakan berbagai fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Ada lorong tsunami, dimana pengunjung bisa merasakan apa yang korban tsunami rasakan. Pengunjung diberikan semacam simulasi tsunami. Namun, bagi yang mentalnya tidak kuat dengan ini, sangat tidak disarankan untuk mencobanya.
Memori hall adalah fasilitas lainnya yang disediakan di Museum Tsunami. Terdapat ribuan nama korban jiwa tsunami yang tertulis di dinding. Pastinya fasilitas ini disediakan dengan maksud untuk mengenang para korban jiwa.
Juga, terdapat miniatur rumah Aceh. Pengunjung dapat melihat bagaimana rumah Aceh, namun dalam bentuk mini. Ada juga pameran tempore, yang menyajikan informasi terkait bencana dan pemulihannya.
Kalau mau sambil nongkrong dan menikmati pemandangan, pada bagian rooftop disediakan kafe yang bisa Yuhers kunjungi. Mungkin, karena sudah lelah berkeliling dan melihat berbagai hal di museum, bisa bersantai sejenak di kafe yang sudah disediakan. Tentu di sini tidak gratis ya!
Lokasi Museum Tsunami
Kalau Yuhers ke Banda Aceh, bisa langsung memesan taxi dan meminta untuk diantar ke Museum Tsunami. Namun, jika ingin berpergian sendiri, bisa menjadikan Masjid Raya Baiturrahman sebagai titik point untuk berangkat ke Museum Tsunami.
Hal ini dikarenakan lokasinya sangat dekat dengan masjid tersebut. Yuhers hanya perlu berjalan kaki sekitar 11 menit menuju Museum Tsunami. Namun, kalau ingin menggunakan ojek online atau motor pribadi, hanya memerlukan waktu sekitar 1 menit.
Lokasinya termasuk strategis karena berdekatan dengan Masjid Raya Baiturrahman dan Pasar Aceh. Jika setelah berkunjung ke Museum Tsunami dan ingin berbelanja, Yuhers hanya perlu kembali ke Masjid Raya Baiturrahman. Di dekat masjid tersebut ada Pasar Aceh, pusat perbelanjaan di Banda Aceh.
Alamat lengkap untuk Museum Tsunami adalah di Jalan Sultan Iskandar Muda No. 3, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Yuhers bisa ketik alamat ini di Google Maps dan ikuti arahan yang diberikan. Atau, jika males mengetik alamatnya yang panjang, Yuhers bisa langsung ketik saja di Google Maps “Museum Tsunami Aceh.” Nanti tetap akan keluar arahan jalannya dengan baik.
Sudah lama sekali kejadian tsunami melanda Aceh. Tepat pada tahun 2004. Berarti kalau sekarang 2024, sudah 20 tahun yang lalu bencana tersebut terjadi. Masih menjadi cerita turun temurun dan abadi di ingatan para warga Aceh, khususnya keluarga yang ditinggalkan.
Meskipun demikian, pemerintah dan seluruh warga Aceh terus memberikan edukasi terkait evakuasi dari gempa dan tsunami. Hal ini diterapkan agar masing-masing warga Aceh tahu bagaimana menyelamatkan diri sendiri ketika bencana tersebut melanda.
Juga, karena semangat masyarakat Aceh untuk pulih dari trauma dan bangkit, sekarang wilayah-wilayah yang dulunya dilanda tsunami sudah kembali bangkit. Seperti Banda Aceh dan Aceh Barat, seakan tidak terlihat bahwa kedua tempat ini dulunya dilanda bencana tsunami. Terimakasih Tuhan sudah membantu masyarakat Aceh untuk pulih dan kembali bangkit.
Posting Komentar